Ilustrasi

Divianews.com | Jakarta — Kepala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean membantah klaim Wakil Ketua Dewan Syura PKS Hidayat Nur Wahid bahwa pihaknya menyediakan data kemenangan 62 persen bagi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019.

Ferdinand menyebut data 62 persen yang dimiliki Demokrat adalah jajak pendapat kader untuk memilih koalisi. Survei itu dilakukan Agustus 2018, bukan setelah Pilpres 2019.

“Itulah basis keputusan majelis partai untuk menentukan akhirnya kita berkoalisi dengan Pak Prabowo. Jadi itu bukan sebuah survei yang kita lakukan kemudian menyatakan Pak Prabowo menang pilpres 62 persen, tidak demikian,” ujar Ferdinand saat ditemui di sela Rapat Pleno Rekapitulasi Suara Luar Negeri di Kantor KPU, Jakarta, Senin (6/5).

Mengutip pemikiran Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief, Ferdinand menyatakan tidak mungkin Prabowo meraih suara hingga 62 persen. Hal itu mengingat kemenangan SBY di Pilpres 2009.

Saat itu, kata Ferdinand, SBY menang di seluruh Jawa, tapi hanya meraih 60 persen suara. Sementara saat ini Prabowo kalah di sejumlah daerah di Jawa.

“Maka akan sangat tidak mungkin Pak Prabowo menang di angka 62 persen, kemungkinan 54 persen lah,” tutur dia.

Terkait cuitan Andi Arief soal ‘setan gundul’ di kubu Prabowo, Ferdinand menyebut ungkapan itu menggambarkan pihak yang mengungkap data tak akurat.

“Ada yang memasok data tidak akurat, tidak tepat ke Pak Prabowo sehingga kesannya Pak Prabowo dijerumuskan deklarasi menang 62 persen,” ucap dia.

Sebelumnya, Hidayat menyebut survei internal Partai Demokrat menunjukkan bahwa pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno unggul 62 persen di Pilpres 2019.

“Tapi tentang 62 persen itu juga publik sudah membaca, bahwa di internal Demokrat survei mereka menyebutkan bahwa Prabowo menang dengan 62 persen. Nah, gimana tuh?” ucap Hidayat saat ditemui di Kompleks MPR/DPR, Jakarta, Senin (6/5).(Red)