Wabah Corona, TKI di Hong Kong Minta Pemerintah Kirim Masker
Divianews.com | Jakarta — Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Hong Kong, Muhamad Ali mengaku mulai kesulitan mencari masker di tengah penyebaran virus corona dari China daratan sejak beberapa waktu lalu. Harga masker di sana juga melambung tinggi.
Ali pun meminta pemerintah, terutama kepala daerah untuk mengirimkan bantuan masker untuk para TKI di Hong Kong.
“Terutama dari para kepala daerah yang rakyatnya banyak di sini, yang tiap bulan selalu mengirim devisa,” kata Ali seperti dikutif dari CNNIndonesia.com, Selasa (11/2).
Ali menyebut pemerintah memang sudah membagikan masker gratis di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong beberapa waktu lalu. Namun, ia menganggap masker yang dibagikan tak cukup untuk para TKI.
Masker gratis yang dibagikan kemarin sekitar 30 ribu. Sementara jumlah TKI yang bekerja di Hong Kong saat ini mencapai 170 ribu orang.
“Sedangkan menurut standar kesehatan masker itu di pakai 1 hari 2 atau 3 x ganti, tergantung lokasi penggunaan dan durasi penggunaan,” ujarnya.Alviana, TKI lainnya yang bekerja di Hong Kong juga mengungkapkan hal yang sama. Ia mengatakan masker mulai langka di pasaran sejak dua minggu lalu dan harga pun naik drastis.
Menurut dia, pada hari biasa harga masker 1 boks isi 50 buah sebesar HK$30 atau sekitar Rp52 ribu. Sekarang di tengah penyebaran virus corona harga 1 buah masker menjadi HK$10 atau sekitar Rp17 ribu. Ia pun berharap pemerintah kembali membagikan masker gratis. “Kami mau mendapatkan masker gratis dari pemerintah,” ujarnya.
Lihat juga: Cerita Warga Singapura Kesulitan Belanja karena Virus Corona
Sampai hari ini, jumlah orang yang meninggal akibat terinfeksi virus corona tercatat mencapai 1,013. Sebagian besar berasal dari China.
Seperti dilansir dari CNN, jumlah penduduk yang meninggal di China akibat virus corona dilaporkan mencapai 1,011 orang. Dua korban tewas lainnya berada di Hong Kong dan Filipina.
Jumlah orang yang terinfeksi virus corona di seluruh dunia sampai hari ini tercatat mencapai 42.500 orang. Virus itu menyebar di China, Asia Tenggara, India, Jepang, Rusia, Uni Emirat Arab, Eropa Barat, Amerika Serikat dan Kanada. (red/fra/dea)