Dari Tempe Koro, Pertamina Patra Niaga Dorong UMKM Berlian Progo Jadi Inovator Pangan Lokal
Divianews.com | Bantul — Di tengah menurunnya minat masyarakat terhadap kacang koro yang dahulu sempat populer, sekelompok ibu rumah tangga di Bantul berhasil menghidupkan kembali potensi pangan lokal itu. Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Patra Niaga, lahirlah UMKM Berlian Progo, pelopor produk olahan berbahan dasar kacang koro yang kini menembus pasar nasional bahkan hingga luar negeri.
Ester, salah satu anggota UMKM Berlian Progo, mengisahkan awal mula terbentuknya kelompok tersebut pada akhir tahun 2020. Kala itu, para ibu rumah tangga di Babakan RT 02, Pancasari, Bantul, ditawari program pemberdayaan dari Pertamina Patra Niaga. Tujuannya sederhana: menggali potensi lokal yang bisa dikembangkan menjadi sumber penghasilan.
“Awalnya kami ragu, karena kacang koro sudah jarang ditanam dan sulit diolah. Tapi kami ingin mencoba sesuatu yang antimainstream,” ujar Ester, Rabu (5/11/2025).
Pertamina kemudian memberikan pelatihan, pendampingan, serta bantuan peralatan produksi bagi 13 anggota kelompok. Dari sanalah, berbagai produk inovatif berbahan dasar kacang koro lahir — mulai dari tempe koro, keripik tempe, tempe bacem frozen, susu koro, hingga bakpia koro.
Salah satu produk yang menarik perhatian konsumen adalah tempe bacem frozen dan cookies koro, yang masih jarang dijumpai di pasaran. Setiap harinya, kelompok ini rutin memproduksi olahan berbahan dasar sekitar 10 kilogram kacang koro.
Tak hanya menjual produk jadi, warga juga memasarkan bibit kacang koro kering. Permintaan datang dari berbagai daerah, bahkan hingga Aceh. “Pernah ada permintaan sampai satu ton bibit, tapi kami belum mampu memenuhinya. Produk kami juga sudah sampai ke berbagai kota di Indonesia, bahkan hingga Korea,” kata Ester.
Keuntungan dari penjualan kemudian dibagi rata setiap tiga bulan sekali kepada anggota, sebagian besar ibu rumah tangga yang kini memiliki penghasilan tambahan dari usaha tersebut.
Mengolah kacang koro tidak mudah. Tumbuhan ini mengandung asam sianida, yang jika tidak diolah dengan benar bisa berbahaya bagi tubuh. Karena itu, proses pengolahannya memerlukan ketelatenan tinggi — mulai dari perendaman dan perebusan selama tiga hari berturut-turut dengan pergantian air setiap enam jam.
Namun di balik kesulitannya, kacang koro ternyata menyimpan nilai gizi tinggi dan aman untuk penderita asam urat. “Gizinya hampir sama dengan kedelai, tapi lebih ramah bagi mereka yang punya masalah asam urat,” jelas Ester.
Anggota lainnya, Indrani Fitri, menambahkan, tanaman kacang koro sangat efisien karena semua bagiannya bisa dimanfaatkan. Kacang untuk bahan makanan, air rendaman untuk menyiram tanaman, rebusan terakhir untuk minum ternak, sementara kulit arinya dapat difermentasi menjadi pakan ternak.
“Bahkan kulit luar bisa dijadikan briket arang, jadi tidak ada limbah yang terbuang,” kata Indrani.
Dahulu, tanaman kacang koro sempat populer di wilayah Bantul, namun lambat laun menghilang karena berkurangnya petani. Melalui program CSR Pertamina, tradisi itu kini kembali hidup. Pertamina bekerja sama dengan UGM Bandung untuk mendapatkan bibit unggul yang kemudian dibagikan gratis kepada para petani sekitar.
“Sekitar 10–15 petani kini menanam kacang koro di bantaran Sungai Progo. Mereka memanfaatkan lahan kering saat musim kemarau, dengan masa tanam sekitar empat bulan,” ujar Indrani.
Program CSR UMKM Berlian Progo ini mendapat penghargaan PROPERMAS 2023 berkat keberhasilannya dalam memberdayakan masyarakat dan menciptakan nilai ekonomi baru dari inovasi pangan lokal.
Area Manager Communication, Relation, and CSR Pertamina Patra Niaga Sumbagsel, Rusminto Wahyudi, mengatakan bahwa program ini menjadi salah satu unggulan di wilayah Jawa Tengah. Pertamina berkomitmen untuk terus mendampingi UMKM tersebut selama lima tahun ke depan.
“Setiap program CSR kami memiliki target pembangunan kapasitas, penyediaan infrastruktur produksi, dan perluasan pemasaran berbasis digital. Harapannya, inovasi dari Bantul ini bisa menginspirasi masyarakat di daerah lain,” tutur Rusminto.
Keberhasilan UMKM Berlian Progo bukan hanya soal bisnis, tetapi juga bukti nyata pemberdayaan perempuan desa dalam menjaga ketahanan pangan lokal. Dari bahan yang dulu dianggap tidak bernilai, mereka berhasil menciptakan produk sehat, ramah lingkungan, dan bernilai ekonomi tinggi. (adi)

