Penulis : Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo

Divianews.com | Jakarta — Di beberapa adegan film action, mungkin kita pernah menyaksikan adegan peperangan dan kejar-kejaran di daerah perairan dangkal. Sebuah perahu dengan baling-baling besar di bagian belakang melaju begitu lincah dan cepat. Karena posisi baling-baling ada di atas, bukan dibawah air layaknya perahu biasa, maka alat ini mampu bergerak dikedalaman paling dangkal sekalipun. Dorongan baling-baling, seperti layaknya sebuah pesawat, membuat perahu ini bisa melaju dengan kecepatan tinggi.

Jenis perahu tersebut sering disebut dengan swamp boat, air boat, planeboat, dan fanboat. Jenis ini sudah dikenal sejak lama, bahkan di era Perang Dunia II ini sudah mulai digunakan.

Jika swampboat mengandalkan kekuatan baling-baling, sebetulnya punya sisi lemah yaitu mudah terbalik karena bobot ringan dan gravitasi ke bawah air rendah. Ini wajar karena tipenya memang seperti itu dan bukan untuk dipacu dengan kecepatan tinggi.

Kenapa tidak mencoba membuat jenis lain, yaitu perahu yang punya kemampuan seperti swampboat, namun menggunakan tenaga baling-baling bawah, seperti layaknya perahu-perahu biasa. Untuk Indonesia, gagasan ini yang coba diwujudkan dan kemudian berhasil.

Setelah berkutat dengan berbagai eksperimen, diskusi, perakitan, uji coba, selama lebih kurang 1 tahun,  akhirnya jadilah produk tersebut, inovasi dari anak bangsa yang dinamai “Perahu Rawa”.

Sesuai namanya, perahu ini memang dikhususkan untuk medan rawa-rawa atau perairan dangkal. Bukan tanpa alasan, atau sekedar mencoba sesuatu yang baru, tapi faktanya medan Indonesia memang punya lahan rawa yang luar biasa luas. Data Kementerian Pertanian tahun 2023 menyebut luas lahan rawa Indonesia mencapai 33,40 juta hektar.

Di beberapa titik, lahan rawa ini juga potensial adanya gangguan keamanan, khususnya daerah yang memang memiliki banyak lahan rawa dan belum dikembangkan. Papua adalah salah satu contoh kasus.

Perahu Rawa yang digagas ini, awalnya memang dikembangkan untuk kebutuhan militer Indonesia. Oleh karena itu spesifikasi teknis dan kemampuannya juga menyesuaikan dengan kebutuhan militer.

Secara teknis, Perahu Rawa memiliki dimensi panjang 5,4 m, lebar 1,6 m, tinggi 0,58 m dan draft 0,2 m. Bobot total 350 kg, kapasitas penumpang 7 orang, menggunakan sistem kemudiSingle/Twin Surface Drive 35 – 70 Hp dan Hydraulic Steering System.

Guna efektifitas pemakaian serta kelincahan pergerakan, Perahu Rawa dilengkapi  mesin HDR (Hyper Drive Reverse) dengan menggunakan penggerak sabuk yang besar dengan perpindahan maju, netral, dan mundur elektrik sehingga mudah dioperasikan. Perahu Rawa ini juga memiliki sistem kemudi hidrolik (hydraulic steering system) yang digunakan untuk mengontrol arah kemudi dengan bantuan fluida hidraulik.

Kiranya disini sisi keunggulan utama secara teknis, yaitu kemudahan dalam pengoperasian, kelincahan, dan kemampuan bergerak yang sangat fleksibel. Sasaran utama adalah membantu tugas operasional prajurit TNI di lapangan, khususnya daerah perairan dangkal. Fungsi penjagaan wilayah yang dilakukan TNI diyakini akan lebih maksimal karena punya sarana penunjang yang mampu bergerak secara lincah dan cepat.

Tidak sekedar rawa dangkal, perahu ini juga dirancang untuk bergerak di medan berlumpur. Kita tahu, areal seperti ini, termasuk katagori wilayah yang sulit dimasuki oleh manusia, kecuali predator perairan dangkal seperti buaya dan ular. TNI perlu dilengkapi alat yang mumpuni, dan Perahu Rawa mencoba menjembatani hal itu.

Tentu saja, secara teknis, ia juga memenuhi standar kebutuhan personel militer seperti Radio Komunikasi HF dan VHF, Radar 24 Nm, GPS, Sonar, GPS Tracker, kamera malam, lampu navigasi. Termasuk senjata pada bagian depan dan belakang. Teknologi-teknologi kekinian juga dilekatkan pada perangkat ini.

Momentum Inovasi 79 tahun RI

Gagasan penciptaan Perahu Rawa, sejatinya adalah sebagian dari berbagai inovasi-inovasi lain yang terus dikembangkan, khususnya di tubuh TNI. Ini memang syarat mutlak, karena kekuatan inovasi adalah kekuatan yang harus dimiliki, karena persoalan pertahanan dan keamanan negara akan selalu berfluktuatif, berkembang dan bertransformasi dalam ragam bentuknya.

AS sebagai negara yang diklaim sebagai pusatnya teknologi militer, jelas mengandalkan kekuatan inovasi ini. Setidaknya negara ini memiliki unit-unit seperti Defense Innovation Unit (DIU), Chief Digital and Artificial Intelligence Office (CDAO), Air Force Works (AFWERX), Special Operations Forces Works (SOFWERX)dan lainnya (Scharre, 2024). Bahkan saking banyaknya inovasi militer, AS memerlukan “laboratorium” untuk mempraktikkan hasilnya, termasuk terlibat dalam berbagai konflik di dunia.

Begitupun China, yang disinyalir sebagai pesaing AS dari Timur, sudah sekian tahun belakangan menggenjot ragam inovasi untuk memperkuat kemampuan militernya. Kapal serbu Amphibi, Kapal Induk berkuatan besar, jet tempur siluman, adalah bagian-bagian dari dorongan inovasi yang terus dilakukan (Zhang & Torode, 2023).

Negara-negara lain juga sama, semua berlomba berinovasi memperkuat segala sesuatu untuk ketahanan negaranya.

Indonesia tentu tak luput dari itu, kendati dengan segala keterbatasan, tetapi perkembangan teknologi, termasuk kebutuhan kondisi lapangan, mau tidak mau harus ditanggapi. Bukan dengan retorika belaka, tapi aksi nyata dengan berbagai bukti-bukti kinerja yang tampak secara konkrit.

Momentum 17 Agustus tahun ini, yang ditandai dengan tagline “Nusantara Baru, Indonesia Maju”, maka pengakuan terhadap ragam inovasi perlu dicanangkan. Turunan dari tagline tersebut bisa kita sematkan, “Inovasi untuk Nusantara Baru Indonesia Maju.” 

Perahu Rawa, satu dari sekian banyak inovasi, mencoba masuk sebagai wujud nyata bahwa gagasan dan kreatifitas harus terus digelorakan. Jika 17 Agustus adalah momentum bersejarah, dan usia 79 tahun adalah usia matang, maka pengamanan perairan dangkal adalah salah satu tungkai penopangnya.

Negara kita ini beragam, baik topografi maupun demografinya. Butuh banyak tungkai-tungkai penopang kemajuannya. Tidak berhenti karena puas, tidak mengeluhkarena keterbatasan, tapi bersikap garang mencapai kemajuan.

Referensi

Scharre, P. (2024). Preserving U . S . Military Advantage Amid Rapid Technological Change. https://www.cnas.org/publications/congressional-testimony/preserving-u-s-military-advantage-amid-rapid-technological-change

Zhang, A., & Torode, G. (2023, September 21). What are the latest upgrades in China’s military? Reuters. https://www.reuters.com/world/asia-pacific/bigger-heavier-faster-china-rolls-out-military-upgrades-2023-09-21/

Editor: Adi